Sejarah RSKO
Rumah sakit ini digagas pendiriannya oleh Bapak H. Ali Sadikin (alm)
mantan Gubernur DKI Jakarta, dr. Herman Susilo (mantan Ka. Dinkes DKI
Jakarta), Prof. dr. Kusumanto Setyonegoro (mantan Ka. Ditkeswa Depkes)
dan bagian Psikiatri Universitas Indonesia. Secara resmi mulai
beroperasi pada tanggal 12 April 1972. Sebagai upaya memenuhi kebutuhan
masyarakat luas akan adanya rumah sakit pemerintah yang secara khusus
memberikan layanan kesehatan di bidang gangguan penyalahgunaan NAPZA (Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), hal ini mendapat tanggapan positif dari masyarakat.
Tanggapan positif diiringi dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan layanan kesehatan yang lebih baik dan lebih lengkap. Untuk menjawab
kebutuhan ini, Rumah Sakit Ketergantungan Obat menambah kapasitas
layanannya dengan mendirikan bangunan baru di Cibubur, Jakarta Timur
pada tahun 2002 dilakukan soft opening.
NAMA-NAMA DIREKTUR RSKO-SEKARANG
dr. Erwin Widjono, Sp.KJ (1972 - 1987)dr. Al Bahri Husein, Sp.KJ (1987 - 1997)dr. Sudirman, Sp.KJ (1997-2005)dr. Ratna Mardiati S, Sp.KJ (2005-2008)dr. Fidiansyah, Sp.KJ (2009-2010)dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS (2010-2012)dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ, MKK (2012-2015)dr. Erie Dharma Irawan, Sp.KJ, MARS (2015-2018)dr. Azhar Jaya, SKM, MARS (2018 - 2020)dr. Hj. Ermawati, M.Kes (2020-sekarang)
PELAYANAN UNGGULAN
Pelayanan NAPZA komprehensif : penerimaan awal (intial intake),
detoksifikasi, rehabilitasi pelayanan untuk komplikasi medik, dual
diagnosis dan terapi rumatan metadon dan bufrenorfin yang merupakan ciri
khas terapi cafeteria guna menjawab kebutuhan penerima layanan. Hal
diatas dimaksud untuk menyelaraskan kebutuhan pasien, keluarga, dan
masyarakat.Sebagai pengampu layanan program rumatan metadon/suboxone.Memberi pelatihan dan pendidikan dari berbagai profesi di bidang
pelayanan ketergantungan NAPZA (pelayanan akibat gangguan yang
berhubungan dengan zat).Menjadi bagian dari jejaring dunia melalui kolaborasi badan dunia
(WHO, UNODS, UNAIDS) menyusun pedoman terapi dan pelatihan serta
modulnya untuk kepentingan internasional, regional dan nasional.Menjadi narasumber bagi pelatihan, pelayanan, dan penyusunan perencanaan terapi ketergantungan NAPZA dan HIV/AIDS.Menjadi bagian jejaring pelayanan kesehatan HIV/AIDS dalam promosi,
prevensi, terapi, dan penelitian. Pesatnya kemajuan teknologi informasi
turut memacu tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih
baik secara terus menerus. Tidak bisa tidak, dunia kesehatan khususnya
di bidang perumah-sakitan perlu untuk terus menerus melakukan upaya
dalam memperbaiki mutu pelayanan kesehatan mereka, baik di bidang sumber
daya manusia, fasilitas dan peralatan kedokteran, teknologi informasi
dan sebagainya.
Kesadaran ini turut mendorong Rumah Sakit Ketergantungan Obat untuk
terus melakukan upaya tanpa henti di segala bidang dalam usaha memenuhi
kebutuhan masyarakat. Berkat kerja keras bersama dari seluruh jajaran
pimpinan, dokter, dan karyawan. Dengan akan adanya Penerapan Sistem
Remunerasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat yang saat ini sedang
diolah bersama di tingkat manajemen, maka atas dasar itu masing-masing
karyawan bisa dilakukan penilaian kinerja secara lebih objektif.
Peningkatan SDM menjadi prioritas utama yang dilakukan Rumah Sakit
Ketergantungan Obat untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu dan
berkualitas. Hal ini nampak dari profesionalnya kinerja para pimpinan,
dokter dan perawat serta seluruh staf dan karyawan lainnya.
Program-program peningkatan berupa training dalam dan luar negeri,
pendidikan formal, langsung melakukan studi banding ke lembaga-lembaga
kesehatan yang kredibel, dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan. Motto rumah sakit Ketergantungan Obat adalah Ramah,
Sigap, Kasih, Optimis.
0 comments:
Posting Komentar